BERITA TERBARU

Kamis, 11 April 2013

MENAKAR ALUTSISTA INDONESIA

Peluncur MLRS Astros II pada HUT TNI 2012
Peluncur MLRS Astros II saat HUT TNI 5 Oktober 2012 (Kredit foto: Merdeka.com)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak serta kondisi geopolitik berada di dua persimpangan samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta dua benua, yakni benua Asia dan Australia.  Negara lain akan menghargai kedaulatan Indonesia jika pertahanan kita kuat.

Nah, sekarang bagaimanakah kondisi pertahanan serta alat utama sistem senjata (alutsista) kita? apakah sudah cukup kuat “menakuti” bangsa lain ? Mari kita simak masing-masing kekuatan, khususnya kekuatan alutsista trimatra Tentara Nasional Indonesia (TNI) yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).

Pemerhati isu pertahanan dan alutsista TNI, Jagarin Pane mengatakan perkembangan pengadaan alutsista TNI mulai tahun 2012 ini bisa disebut masuk musim panen raya sampai tahun 2014.  Tahun ini saja kita sudah menerima empat pesawat counter insurgency (coin) Super Tucano buatan Avibras Brazil dengan total pemesanan 16 unit (satu skuadron).

Kita juga sudah menerima 2 Kapal Cepat Rudal (KCR) dari total enam yang dipesan dari galangan kapal dalam negeri di Batam.  Tank berat Leopard juga sudah diambang pintu dengan pesanan 100 unit bersama dengan 50 unit tank medium Marder buatan Jerman.

“Kita juga sedang menunggu kedatangan Multi Launcer Rocket System (MLRS) Astross II dari Brazil untuk kebutuhan dua batalyon, satu unit kendaraan peluncurnya dipamerkan di ajang Indo Defence 2012 di Jakarta.  Demikian juga dengan Howitzer Caesar  buatan Perancis untuk kebutuhan dua batalyon artileri juga sedang dinantikan kedatangannya bersama rudal Mistral untuk satu batalyon. Pokoknya banyak sekali pengadaan alutsista hingga tahun 2014 untuk ketiga matra TNI ini, ungkap Jagarin kepada harian Pikiran Rakyat ketika dihubungi beberapa waktu lalu.

Jika ditanya mana yang terkuat diantara ketiga matra TNI saat ini, ia mengatakan yang paling kuat adalah Angkatan Darat baik dari sisi jumlah pasukan maupun alutsista.  TNI AD memiliki lebih dari 1000 tank dan panser, belum termasuk artileri dan rudal anti serangan udara. Akan tetapi tank yang dimiliki hanya berkategori tank ringan dari jenis Scorpion buatan Inggris dan AMX13 buatan Perancis.  Itu sebabnya sesuai perkembangan situasi kawasan yang dinamis kita butuh Main Battle Tank (MBT) dan Medium Tank, ungkap Jagarin menjelaskan.

Sementara itu, lanjut dia, untuk TNI AL memiliki kekuatan armada dengan lebih dari 140 KRI terbagi dalam dua armada, yaitu armada Barat (Armabar) dan armada Timur (Armatim). Yang membanggakan tentu kekuatan pemukul KRI sudah dilengkapi dengan rudal anti kapal Yakhont buatan Rusia yang berjarak tembak 300 km, rudal C802 dan C705 buatan Cina. Uji coba rudal Yakhont yang dilakukan di mulut perairan Ambalat Oktober 2012 lalu pada seri latihan Armada Jaya mampu menenggelamkan KRI LST Teluk Berau yang sudah pensiun dengan sekali tembak.

“Satuan pemukul TNI AL yang lain adalah Korps Marinir yang punya kemampuan serang pantai.  Ini yang tidak dimiliki oleh Malaysia dan Singapura.  Korps Marinir memiliki persenjataan yang berbeda generasi mulai dari tank amfibi PT 76, BTR50, AMX10P, BTR80A, RM Grad sampai yang terbaru BMP3F”, ungkap Jagarin lagi.

Untuk TNI AU Jagarin menilai kondisi alutsista yang paling lemah diantara dua matra TNI lainnya.  Saat ini TNI AU hanya memiliki kekuatan 10 F-16, 10 Sukhoi, 12 F-5E, 32 Hawk 100/200, 4 Super Tucano.  Menurut dia kekuatan itu jelas sangat tidak memadai untuk mengawal dirgantara RI yang seluas Eropa ini.

“Namun dengan kedatangan 24 F-16 blok 52, 6 Sukhoi, 16 Super Tucano (4 unit sudah diterima) dan 16 T50 setidaknya sesak nafas yang menjadi kendala mengawal kedaulatan udara RI bisa agak lega. Tentu saja tidak berhenti sampai disitu.  Mestinya dalam Minimum Essential Force (MEF) tahap II tahun 2015-2019 minimal kita harus memiliki 32 jet tempur kelas berat Sukhoi, 48 jet tempur ringan F-16 dan paling tidak punya juga minimal 24 unit dari jenis Typhoon atau Rafale,” ucap Jagarin lagi.

Posisi silang Indonesia di Asia Tenggara
Posisi silang Indonesia di Asia Tenggara (Foto via Itjen Kemhan)

Melihat kondisi alutsista trimatra TNI upaya untuk menambah persenjataan tentu menjadi sebuah keniscayaan bagi negara besar seperti Indonesia.  Negara kita baru saja memproduksi UU Industri Pertahanan sebagai payung hukum untuk mengembangkan industri pertahanan dan keamanan (hankam) dalam negeri.

“Sebenarnya sebelum UU itu jadi, Kementerian Pertahanan sudah melakukan langkah maju yang berani dengan kerjasama ToT (Transfer of Technology) dengan Korea Selatan dalam pengadaan tiga kapal selam jenis Chang Bogo.  Saat ini PT PAL dan Daewoo sedang menyeleksi tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan 200 tenaga ahli yang akan dikirim ke Korsel.  Dua kapal selam dibangun di Korsel dan satu unit di PT PAL Surabaya.  Dengan Cina kita juga sedang melakukan kerjasama alih teknologi rudal C705.  Jika sekolah rudal ini berhasil, dikombinasi dengan kemampuan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang sudah mampu menguji roket berjarak tembak 300 km, bisa dipastikan akan terjadi kemajuan yang luar biasa dalam teknologi rudal kita dua hingga tiga tahun ke depan” ungkap Jagarin lagi.

Lebih lanjut ia menambahkan dalam pembuatan kapal perusak kawal rudal yang dikenal sebagai proyek PKR10514 dengan Damen Schelde Belanda saat ini pun dilakukan dengan transfer teknologi.   “PT PAL yang saat ini sudah mendapat order membuat enam kapal cepat rudal ukuran 60 meter untuk TNI AL, jika berhasil mendapatkan teknologi PKR 10514 akan menjadi perusahaan pembuat kapal perang yang disegani di Asia Tenggara “, tutur Jagarin.


Posisi di Asia Tenggara

Jika demikian bagaimana sebenarnya posisi Indonesia di Asia Tenggara saat ini? dulu kita dikenal sebagai “Macan Asia”, apakah gelar itu masih pantas diberikan kepada Indonesia?

Jagarin mengatakan modernisasi alutsista TNI sebenarnya untuk mengejar ketertinggalannya yang cukup jauh dibanding dengan tetangganya. Malaysia sudah jauh hari memiliki MBT PT91 buatan Polandia, Singapura sudah punya MBT Leopard.  Sampai hari ini TNI AD hanya punya tank ringan Scorpion.  “Lha, Scorpion jika diadu dengan PT91 di Kalimantan, kan sama saja dengan menandingkan kambing dengan sapi, beda kelas. Jadi penambahan kekuatan persenjataan kita adalah sebuah keniscayaan dan fardu kifayah.  Dulu di zaman Dwikora kekuatan militer RI adalah yang terkuat di Asia Tenggara sehingga dianggap sebagai kekuatan Macan Asia.  Dengan modernisasi alutsista ini diharapkan Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan di Asia sesuai arahan Presiden SBY di hadapan petinggi Kemenhan dan Mabes TNI bulan puasa yang lalu”, ujarnya menjelaskan.

Khusus dengan Malaysia dimana Indonesia sering mengalami konflik, Jagarin berani menyatakan bahwa kekuatan militer Indonesia saat ini secara umum tetap lebih kuat dari Malaysia.  “Hanya di AU kekuatan mereka lebih ‘bergigi’ dengan memiliki 18 Sukhoi, 12 MiG-29, 8 Hornet, 12 F-5E.   Untuk AL kita yang terkuat dengan lebih dari 140 KRI bandingkan dengan Malaysia hanya memiliki 58 KD.  Mereka tidak punya pasukan Marinir berkualifikasi serbu, kita punya dua divisi pasukan Marinir berkemampuan serang pantai”, katanya lagi.

Yang lebih membanggakan, lanjut Jagarin, tentu skill individu prajurit kita lebih tahan uji dan mahir. Terbukti dalam setiap uji tanding di kejuaraan menembak regional berbagai senjata perseorangan, Indonesia selalu tampil menjadi nomor satu.  Negara-negara ASEAN dan Australia angkat topi dengan kemampuan individu prajurit TNI.  “Dengan Marinir AS pun terbukti dalam uji ketahanan fisik dan mental di hutan Jawa Timur beberapa waktu lalu bersama Marinir AS, personel Marinir AS kalah uji nyali dan uji fisik dengan Marinir Indonesia”, ungkapnya.

Apalagi, lanjut Jagarin, kehadiran 45 negara dan 500 produsen alutsista dunia di ajang Indo Defence 2012 membuktikan bahwa dunia sedang melirik Indonesia dengan anggaran alutsista yang luar biasa yakni Rp 100 triliun dan diharapkan menjadi Rp 150 triliun pada tahun 2014 nanti.  “Prinsip yang dibangun Kemenhan, kan sudah jelas kalau belum mampu bisa beli dari luar tapi syaratnya berbagi teknologi.  Kita meyakini kebijakan Kemenhan yang melakukan transaksi pengadaan alutsista sudah berada di jalan yang benar.   Pengadaan MBT Leopard dilakukan G to G ( government to government) sehingga mampu menghapus beban jasa broker”, katanya menjelaskan.

Semua industri hankam dalam negeri saat ini bergerak dan mekar dengan berbagai order alutsista dari Kemenhan.  Lihat saja PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).  Industri dirgantara PT DI yang sempat dinyatakan bangkrut, saat ini sedang berupaya merekrut tenaga ahli untuk menyinari kembali industri kebanggaan RI itu.  “Demikian juga dengan PT PAL, semuanya sedang menggeliat dan menampilkan kesibukannya tak terkecuali industri swasta nasional kita”, tutur Jagarin.

Judul asli : "Menakar Alutsista Indonesia"
Sumber : Pikiran Rakyat,  22 November 2012, hal 27
 

3 komentar:

  1. mantappppp,,,,maju terus indonesiaku

    BalasHapus
  2. 24 f-16 block 25 gan, bukan block 52..
    untuk menjadi macan asia lagi,
    yang kita perlukan:
    -12 squadron F-16 block 52
    -8 squad su-35
    -9 squad su-30
    -6 squad dassault rafale
    -6 squad typhoon
    -4 squad kc-130
    -3 squad e-2 sentry AWACS
    -5 squad c-130 (ditempatkan di kalimantan,jawa,sumatra,sulawesi,dan papua)
    -5 squad b-52
    -2 squad super tucano(hanya untuk CAS ataupun PRE PLAN CAS)
    sisa dari t-50 dan hawk bisa dipakai untuk latihan

    dan yang terpenting
    100 frigate
    60 destroyer
    90 amphibous
    30 kapal selam
    500 kapal patrol
    30 tanker
    2 kapal induk dengan masing masing 1 squadron f-18

    kalau sudah begini gue yakin malaysia,australia,singapura nggak akan berani macam macam lagi
    hhahahah..

    BalasHapus