Ketegangan dalam negeri  Suriah 
kelihatannya makin hari makin memanas, campur tangan pihak-pihak asing 
terutama negara Barat  sudah tak terlelakkan lagi. Jika hingga terjadi 
perang antara Suriah dan NATO serta sekutunya, bisa ditebak akan dimulai 
dengan serangan rudal dan serangan udara, seperti yang terjadi 
belakangan ini terhadap Afganistan, Irak, Libya.
Tapi perlu juga diamati bahwa Suriah memiliki sistim
 pertahanan udara yang lebih baik dari Libya, bahkan kemampuan 
pertahanan udara dapat dikatakan terkuat di zasirah Arab, demikian pula 
dengan kekuatan militernya.
Suriah memiliki 900 unit rudal sistim pertahanan 
udara, 4000 unit artileri anti-pesawat kaliber 23-100 mm, 400 pesawat 
tempur, yang akan menjadi benteng pertahanan dalam menangkal serangan 
udara musuh.
Walaupun secara kuantitas rudal anti-pesawat Suriah 
bisa mencengankan, tapi sistim persenjataannya 70% dianggap telah 
ketinggalan zaman, namun  bagaimanapun ada sedikitnya 200 unit yang 
tidak dapat diremehkan, misalnya rudal “cube”, “Wasp”, S-125, S-75 tidak
 dapat dikatakan senjata tua. Ada lagi “Beech-M1”, “Beech-M2” rudal 
anti-pesawat yang bisa menjadi effek gentar bagi lawan. “Beech-M2” telah
 terbukti saat terjadi konflik Russia dan Georgia pada 2008 telah 
menunjukkan kehandalannya. Pada 2007 Russia telah menjual “Beech-M2”ini 
kepada Suriah, sehingga kekuatan pertahanan udara Suriah makin bertambah 
handal.
Beech M-1
Beech M-2
Selain itu, Suriah juga memiliki sistim rudal  S-200
 “Angara” yang jarak tembaknya cukup jauh, dan “Vega” Radio-elektronik 
pengitai (Radio –electronic reconnaissance systems). Yang menurut ahli 
militer NATO tidak dapat ditembus mereka. S-200 ini telah terbukti 
kehebatannya ketika terjadi pengeboman night club Yin Bolin pada 1986. 
Ketika USSR pecah, Suriah berhasil mendapatkan dari Belarus 48 unit 
S-300, dan 50 unit “Armor S1” sistim rudal permukaan ke udara.
S-300
Armor S-1
AU Suriah memiliki 60 jet tempur MIG-29, 30 jet 
tempur MIG-35 (interceptor), dan sejumlah pesawat tempur al-Assad, serta
 berusaha memperkuat pertahanan udaranya dengan membeli MIG-31 dari 
Russia.
MIG-25
MIG-29
 Menurut Janes Sentinel Security assessment, Suriah memiliki divisi rudal yang paling kuat di Timur Tengah.
 Namun walaupun Suriah 
memiliki pertahanan yang kuat, tapi jika terjadi serangan dari NATO 
mereka tidak bisa duduk dengan tenang. Kelemahan Suriah terletak pada 
sistim radarnya yang telah ketinggalan zaman, bisa untuk “dibutakan dan 
dibikin tuli”.
Dan Rezim Suriah terus berusaha 
berinvestasi dan mengembangkan  kemampuan rudalnya dan bom kimia. Suria 
masih menggantungkan beberapa komponen penting dari luar untuk senjata 
kimianya., namun tidak bisa diremehkan.
 Laporan CIA
 yang tidak dirahasiakan melaporkan kepada Kongres AS pada September 
2009, mengatakan bahwa Suriah berusaha mengembangkan bom nuklir direaktor
 Kibar. (Unclassified Report to Congress on the Acquisition of 
Technology Relating to Weapons of Mass Destruction and Advanced 
Conventional Munitions ). Dalam laporan ini juga 
dikatakan bahwa Suriah sedang mengembangkan rudal balistik dengan 
kemampuan jarak tembak yang lebih jauh seperti “Scud D” dan kemungkinan 
lainnya. Suriah juga mempunyai stok senjata kimia yang bisa diluncurkan 
dengan pesawat terbang dan rudal balistik..
 Setelah jatuhnya rezim 
Saddam Hussein di Irak, kini Suriah menjadi negara terkuat sista-nya 
diantara negara-negara Arab. Untuk menangkal serangan Israel, mereka 
telah mengembangkan dan memproduksi secara massal rudal jarak jauh. 
Diantaranya rudal versi Iran Fateh A-110 (M-600) kaliber 600 mm, yang 
diperkirakan panjang 8.86 m, diameter 0,61m, berat 3.450 kg, dapat 
membawa  muatan 500 kg , dengan panduan inertial GPS yang dapat selalu 
update, bahan bakar padat pendorong tunggal, jarak tembak max. 250 km, 
dengan akurasi 100 m CEP ; dan rudal pengembangan lebih lanjut 
Fateh-3A-110B yang dipercaya telah diproduksi ribuan, rudal-rudal ini 
dapat dimuati hulu ledak kimia, yang jangkauannya dapat mencapai 
sasaran-sasaran strategis Israel.
 Suriah juga telah membeli 36
 s/d 50 Pantsir S-1 (SA-22) kombinasi rudal dan bom yang dapat dimuat di
 kendaraan dengan peluncur berlaras 12 rudal, yang setiap rudal berat 65
 kg dengan hulu ledak 16 kg. Juga telah  mengembangkan rudal 
anti-pesawat SA-3 dan SA-6 ; juga S-300, S-11, SA-17 rudal jarak 
menengah.
 Jika NATO menyerang Suriah 
pasti akan minta bantuan AS, terutama dengan smartbom dan rudal untuk 
menghancurkan airport, stasiun pembangkit, pusat komunikasi, radar, 
gudang-sebjata, kantor-kantor komando, dan semua pusat-pusat strategis 
lainnya.
 Walaupun Beech, S-200, 
S-300 cukup handal, tapi mobilitasnya lemah, untuk memindahkan unit ini 
tidak mudah dan memakan waktu, sehingga mudah menjadi target lawan.
 Tapi topografi Suriah yang 
berbukit-bukit bisa menguntungkan, sehingga pertahanan udaranya lebih 
sulit untuk dihancurkan, tidak seperti Lybia yng topografinya relatif 
datar. Jadi NATO dan Barat harus mengeluarkan biaya dan tenaga yang jauh
 lebih besar, lagi pula militer Suria juga sangat terlatih dengan baik. 
Pokoknya jika terjadi perang antara Suriah dan NATO akan menjadi perang 
yang alot.
Analisitator : Sucahya Tjoa
Sumber :
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/01/25/apakah-suria-dapat-menahan-serangan-nato/
http://articles.janes.com/articles/Janes-Sentinel-Security-Assessment-Eastern-Mediterranean/Strategic-Weapon-System-Syria.html
http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-3436827,00.html
http://military.people.com.cn/GB/16876293.html
http://www.youtube.com/watch?v=dT2PO3q1uBM
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/150059#.Tx_XO29zWUM
AKU INGIN SEKALI MELIHAT KEHANCURAN AMERIKA DAN SEKUTU NYA, BIAR DUNIA INI AMAN
BalasHapusMantappp....
BalasHapus