Kamis, 11 April 2013

ANALISIS PROYEK PESAWAT KFX / IFX KORSEL-INDONESIA

KFX/IFX
Jalan-jalan ke Pelita Online menemukan artikel ini :
Banyak pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.

Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.

Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.

Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.

Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara.
Hmmm... Semakin galau ya he... Ini pertama kalinya bagi Korea Selatan dan Indonesia membangun jet tempur generasi 4 keatas, jadi wajar saja masih banyak yang meragukan tingkat keberhasilannya. Lupakan dulu Perancis, China, India, Pakistan, Mesir dan Israel, kita hanya membicarakan proyek KFX/IX.
Didapati kedua pihak (Korsel dan Indonesia) sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development dari KFX/IFX, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production.
Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.

Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korsel dinilai  telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit.
Sebuah analisa kecil tentang kemampuan Korea Selatan, T/A 50 Golden Eagle adalah jet latih tempur buatan mereka, sebuh produk unggulan dari negara ginseng tersebut. Indonesia pun berminat untuk mengakuisisi satu skuadron T/A 50 Golden Eagle. Jadi (dengan sedikit alasan he..) admin berpendapat jika rancang bangun untuk KFX/IFX tidak akan menjadi masalah bagi Korsel dan Indonesia -Indonesia juga punya SDM yang mumpuni lho soal rancang bangun pesawat-. Diatas ditegaskan teknologi yang masih belum dikuasai umumnya ada di seputar stealth (siluman). Saya kira ini wajar, hanya butuh waktu.
Rencananya lini produksi untuk KFX/IFX ditarget pada 2020. Sementara Korsel saat ini sangat menginginkan jet tempur canggih melengkapi armada udaranya. Menunggu KFX/IFX masih cukup lama, 8 tahun lagi, itu pun bila tidak molor. Negara-negara di kawasan tersebut seperti China dan Jepang sudah membuat jet tempur generasi ke-5 nya sendiri. Makin galau dah Korsel apalagi ancaman dari Korea Utara akhir-akhir ini semakin meningkat.
Ada juga tawaran dari Boeing, Amerika Serikat kepada Korea Selatan, yaitu F-15 Silent Eagle. Dari pemberitaan, sepertinya Korea Selatan tertarik dengan tawaran Boeing ini. Seandainya memang benar dan deal, bisa dipastikan akan menyedot anggaran yang besar. Imbasnya, pasti mengganggu proyek KFX/IFX. Intinya Korea Selatan saat ini menginginkan yang proyek yang cepat dan pasti untuk menambah kemampuan tempur udaranya.
Pemerintah Korea Selatan juga telah memutuskan untuk memotong anggaran pembangunan KFX/IFX pada 2013, tak lama setelah Turki menarik diri untuk rencana kongsi bersama dalam proyek ini.
Jadi saat ini belum ada masalah serius bagi pembangunan rancang bangun untuk KFX/IFX. Banyak analisis barat yang tidak meragukan kemampuan kedua negara ini untuk membangun KFX/IFX. Hanya saja menurut mereka, salah satu kendala yang mungkin dan akan menyelimuti proyek KFX/IFX, adalah pendanaan. Dari beberapa artikel yang diposting disini, memang terbukti permasalahan dana dan politis lah yang muncul dalam proyek ini.
Kita cuma berharap pemerintahan baru Korea Selatan tetap mengedepankan proyek ini ketimbang mereka membeli pesawat atau melakukan proyek baru (dengan Boeing). Karena hal-hal politis seperti ini akan sangat mempengaruhi masa depan proyek KFX/IFX.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar