Bila ditinjau dari aspek jangkauan, roket begitu diandalkan sebagai
senjata strategis, karena roketlah sosok Korea Utara dan Iran mempunyai
daya deteren tinggi dimata rivalnya. Terkait dengan sista roket, TNI pun
mendapat ‘angin segar’ dengan telah dibelinya ASTROS (Artillery
Saturation Rocket System) II buatan Avibrás Aerospacial, manufaktur
alutsista asal Brasil, pada kuartal keempat tahun lalu. ASTROS sendiri
masuk dalam kelas MLRS (Multiple Launch Rocket System).
Hadirnya ASTROS II menjadikan kekuatan artileri medan (armed) TNI AD
kini sejajar dengan AD Malaysia. Pasalnya Negeri Jiran ini telah jauh
lebih dahulu mengoperasikan MLRS ini, yakni dimulai pada 2001, sejumlah
perwira dan bintara dari Royal Artillery Regiment, Artillery Training
Centre, Royal Ordnance Corps, dan Royal Electrical & Mechanical
Corps dikirim ke Brasil untuk menyiapkan kedatangan 18 AV-LMU, 18
AV-RMD, 1 AV-VCC, 3 AV-PCC, 3 AV-UCF, 2 AV-MET (latih) and 3 AV-OFVE
(varian perbaikan/recovery) – setara dengan tiga baterai. ASTROS II
ditempatkan kedalam 51 Regiment Royal Artillery di Camp Gemas, Negeri
Sembilan (Johor). Ketiga baterai tersebut dinamai berdasarkan nama-nama
senjata: Baterai Alpha dinamai Keris, Baterai Bravo dinamai Panah, dan
Baterai Charlie dinamai Tombak. Pada Januari 2006, setelah kedatangan 18
tambahan ASTROS II dengan total pengadaan (36 unit) sebesar 791 juta
RM, 51st Regiment dinyatakan operasional penuh dan ditempatkan dibawah
Army Field Command HQ, dari yang tadinya ada dibawah 3rd Division.
Pengorganisasian ini memiliki makna bahwa ASTROS II ditempatkan sebagai
senjata strategis dengan kemampuan menjangkau lawan, dan diperkirakan
akan dipergunakan sebagai respon pertama yang akan diturunkan seandainya
Malaysia mendapatkan serangan dari musuh.
Meski tertinggal beberapa tahun dari Malaysia, dengan anggaran US$405
juta akhirnya RI telah melakukan finalisasi untuk mendatangkan sekitar
36 unit ASTROS II MK6. Dan sebagai ‘persembahan’ kepada rakyat
Indonesia, sista ini telah dipamerkan dalam ajang Pameran Alutsista TNI
AD 2012 di Lapangan Monas (Oktober 2012) dan di Indo Defence 2012 pada
bulan berikutnya. Kemunculan ASTROS memang mampu membetot banyak
perhatian khalayak, terutama bila peluncur roket diaktifkan, jelas
ASTROS Nampak sangar, setidaknya MLRS bseutan Negeri Samba ini tampil
beda dengan yang sering dilihat publik Tanah air, seperti RM-70 Grad
milik Korps Marinir TNI AL, ASTROS Nampak futuristik.
Di mata Armed TNI AD sebagai user roket ini, ASTROS merupakan
lompatan penting dalam hal adopsi teknologi baru, inilah sista yang
mampu menembakkan roket multi laras dengan kaliber 127mm hingga 300 mm.
Agar tak salah mengerti, ASTROS II pada hakekatnya adalah sebuah sistem
lengkap. Terdiri dari komponen kendaraan peluncur, disebut sebagai
AV-LMU (Universal Multiple Launcher), kemudian ditunjang dengan
kendaraan pembawa/re-supply amunisi (AV-RMD), dimana AV-RMD mempunyai
kapasitas angkut sebanyak dua kali untuk pengisian tiap AV-LMU.
Sedangkan untuk elemen pengendali tembakkan, dipercayakan kepada
varian ranpur komando AV-VCC yang dilengkapi peralatan komunikasi untuk
mengkoordinasikan sampai tiga baterai ASTROS II. Paketnya makin lengkap
lagi jika unit kendali penembakan AV-UCF juga diturunkan. Dilengkapi
radar dan komputer penembakan, AV-UCF berperan sebagai FDC (Fire
Direction Center) bagi unit AV-LMU. Kehadiran AV-UCF dapat meningkatkan
persentase perkenaan secara signifikan dan memperpendek waktu serangan.
Tapi bila kepepet, menurunkan AV-LMU tanpa unit lainnya pun tak masalah,
dengan konsekuensi regu artileri harus menurunkan satu forward observer
untuk mengoreksi arah jatuhnya roket. Menurut Avibras, pakem baterai
ASTROS II yang ideal adalah 6 AV-LMU yang didukung 6 AV-RMD dan satu
AV-UCF. Satu AV-VCC bisa ditempatkan di level batalyon, dengan dukungan
dua kendaraan recovery/repair untuk memperbaiki kerusakan. Tiap baterai
bisa melontarkan roket yang mencakup 200km2 bila seluruh roket, termasuk
munisi isi ulang.
Dalam satu baterai ASTROS II, terdiri dari 13 kendaraan, dengan
perincian 6 unit kendaraan peluncur roket, 6 unit truk pembawa roket,
dan 1 unit kendaraan yang dilengkapi radar dan system kontrol
peluncuran/penembakkan. Sedangkan sebagai platform kendaraan pengangkut
dipercayakan kepada jenis truk Tectran VBT-2028 6×6 yang memiliki
mobilitas tinggi pada berbagai kondisi medan.
Multi Kaliber
Dengan konsepnya yang multi kaliber, menjadikan ASTROS II sangat fleksibel untuk menggasak aneka target dengan jangkauan yang berbeda. Avibras mendesain sistem roket ASTROS secara modular, sehingga mudah dikonfigurasi di lapangan sesuai kebutuhan. Roket-roket yang ada dimuat dalam kontainer yang pada gilirannya tinggal dimuat kedalam kotak peluncur di atas sasis ASTROS II, memudahkan penyimpanan roket sekaligus lebih aman dari guncangan. Sistem pengisian ulang (reloading) munisi Astros ini sangatlah mudah, untuk satu set munisi yang dibawa oleh satu kendaraan Astros hanya dibutuhkan waktu 8 hingga 12 menit saja.
Dengan konsepnya yang multi kaliber, menjadikan ASTROS II sangat fleksibel untuk menggasak aneka target dengan jangkauan yang berbeda. Avibras mendesain sistem roket ASTROS secara modular, sehingga mudah dikonfigurasi di lapangan sesuai kebutuhan. Roket-roket yang ada dimuat dalam kontainer yang pada gilirannya tinggal dimuat kedalam kotak peluncur di atas sasis ASTROS II, memudahkan penyimpanan roket sekaligus lebih aman dari guncangan. Sistem pengisian ulang (reloading) munisi Astros ini sangatlah mudah, untuk satu set munisi yang dibawa oleh satu kendaraan Astros hanya dibutuhkan waktu 8 hingga 12 menit saja.
Ada 4 macam roket yang dipersiapkan Avibras, yang semua motor
roketnya ditenagai oleh double-base propellant. Kaliber terkecilnya
adalah 127mm SS-30, yang terpasang sebanyak 32 tabung per kotak
peluncur. Roket berhulu-ledak HE (High Explosive) dengan panjang 3,9m
dan berbobot 68kg sebuahnya ini mampu menjangkau sasaran sejauh 30km.
Roket kedua, SS-40, memiliki kapasitas maksimal 16 roket dalam satu
tabung peluncur. Selongsong roketnya memiliki empat sirip (fins) dengan
panjang 4,2m dan berbobot 152kg sebuahnya. Jarak jangkaunya antara 15-35
km. Soal hulu ledak, SS-40 cukup fleksibel. Jika mau HE ada, bila
memilih munisi cluster/ bomblet (tandan) DP (Dual Purpose) anti material
dan personil juga tersedia. Khusus untuk munisi bomblet, dimensinya
adalah 39x13cm, dengan sumbu impak mekanis. Tiap bomblet dilengkapi
pita-parasut yang berfungsi menahan dan menstabilkan arah jatuhnya.
Kategori ketiga, ada SS-60 yang merupakan pengembangan dari SS-40. Punya
sosok lebih besar sepanjang 5,6m dan berbobot 595kg, konsekuensinya
SS-60 bisa menampung 65 bomblet. Jangkauannya antara 20-60km dengan
waktu tempuh 117 detik untuk mencapai jarak maksimal 60 km. Dalam satu
kendaraan peluncur, dapat memuat hingga 4 roket SS-60.
Roket terakhir, yaitu SS-80, lahir belakangan pada 1995, dengan sosok
yang tak jauh beda dengan SS-60. Daya jangkaunya yang mencapai 90 km
dimungkinkan berkat propelan baru. Selain itu, SS-80 bisa dimuati
senjata kimia mematikan, walaupun jenis roket yang terakhir ini belum
pernah dipergunakan dalam pertempuran aktual. Tak berhenti di 4 kaliber
diatas, Avibras juga mengembangkan SS-150 dengan muatan 4 unit roket
kaliber 300 mm, jangkauan tembak minimumnya 29 km dan maksimum 150 km.
Bahkan ada lagi varian AV/MT-300 MT, daya jelajahnya bisa menjangkau 300
km, sebuah jangkauan tembak yang mampu merubah tatanan strategi militer
di kawasan. Namun yang disebut terakhir ini bukanlah roket, melainkan
sebuah rudal!
Melontarkan Rudal, Geterkan Kawasan
Seandainya Indonesia atau Malaysia memiliki rudal AV/MT-300 MT pada ASTROS, maka dampaknya di kawasan mungkin bisa serupa dengan kehadiran rudal Yakhont TNI AL. AV/MT-300 adalah rudal jelajah ekonomis yang tabirnya mulai disingkap pada Oktober 2001. Avibras mendesain AV/MT-300 berbekal inertial navigation system yang memanfaatkan GPS yang dikoreksi laser, sehingga menjamin akurasi maksimal yang bisa diraih. Hulu ledak yang dibawa, sebesar 200 kg, cukup untuk meluluhlantakkan apapun yang dihantamnya. Soal peluncur, satu AV-LMU bisa menggotong dua AV/MT-300 tanpa persiapan yang lama. Dan yang paling menggiurkan tentu soal banderol harga: satu unit AV/MT-300 hanya dibanderol US$8.000-10.000 perbuahnya.
Seandainya Indonesia atau Malaysia memiliki rudal AV/MT-300 MT pada ASTROS, maka dampaknya di kawasan mungkin bisa serupa dengan kehadiran rudal Yakhont TNI AL. AV/MT-300 adalah rudal jelajah ekonomis yang tabirnya mulai disingkap pada Oktober 2001. Avibras mendesain AV/MT-300 berbekal inertial navigation system yang memanfaatkan GPS yang dikoreksi laser, sehingga menjamin akurasi maksimal yang bisa diraih. Hulu ledak yang dibawa, sebesar 200 kg, cukup untuk meluluhlantakkan apapun yang dihantamnya. Soal peluncur, satu AV-LMU bisa menggotong dua AV/MT-300 tanpa persiapan yang lama. Dan yang paling menggiurkan tentu soal banderol harga: satu unit AV/MT-300 hanya dibanderol US$8.000-10.000 perbuahnya.
Sudah Teruji
ASTROS II sudah digunakan oleh Angkatan Darat Brasil sejak tahun 1983. Pihak asing yang sudah membuktikan kemampuan sistem peluncur roket ini contohnya adalah Irak. Angkatan Darat Irak menggunakan ASTROS II pada Perang Teluk 1991, namun pihak Arab Saudi juga menggunakan unit sistem yang sama untuk melawan Irak. Pihak militer Angola juga menggunakan ASTROS II untuk mengalahkan UNITA. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Malaysia yang punya sista ini, bedanya AD Malaysia sudah lebih dulu mengoperasikan dengan versi MK5. (Diolah dari berbagai sumber)
ASTROS II sudah digunakan oleh Angkatan Darat Brasil sejak tahun 1983. Pihak asing yang sudah membuktikan kemampuan sistem peluncur roket ini contohnya adalah Irak. Angkatan Darat Irak menggunakan ASTROS II pada Perang Teluk 1991, namun pihak Arab Saudi juga menggunakan unit sistem yang sama untuk melawan Irak. Pihak militer Angola juga menggunakan ASTROS II untuk mengalahkan UNITA. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Malaysia yang punya sista ini, bedanya AD Malaysia sudah lebih dulu mengoperasikan dengan versi MK5. (Diolah dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar